Bahayakan Indonesia dan Bernuansa Pencitraan Pilpres 2024, Proposal Prabowo Soal Rusia-Ukraina Tak Masuk Akal.

 Hukum, Internasional

JAKARTA, Matapost

Pemerintah Ukraina dilaporkan menolak proposal perdamaian dengan Rusia yang ditawarkan oleh Menteri Pertahanan.

Prabowo Subianto, yang saat ini sedang melakukan penggalangan masa untuk Capres 2024 dalam IISS Shangri-La Dialogue di Singapura.

Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksii Reznikov, menilai proposal perdamaian yang ditawarkan Prabowo merugikan negaranya.

“Kedengarannya (proposal ini) seperti rencana Rusia, bukan rencana Indonesia. Kami tidak butuh mediator ini datang kepada kami (dengan) rencana aneh ini,” kata Reznikov dilansir media Ukraina, Ukrinform.

Peneliti Studi Rusia dan Eropa Timur di Hubungan Internasional (HI) Universitas Airlangga Surabaya, Radityo Dharmaputra.

Menilai, sikap Ukraina menolak proposal perdamaian yang ditawarkan Prabowo merupakan hal yang wajar. Sebab, dia menyebut proposal itu tidak masuk akal.

“Mengapa proposal Pak Prabowo langsung ditolak oleh Ukraina dan negara-negara Barat? Karena tidak masuk akal, tidak sesuai kondisi saat ini di lapangan.

Tidak mempertimbangkan konteks sejarah dan politik kawasan Eropa Timur, serta tidak sesuai prinsip Indonesia sendiri,” kata Radityo dikutip dari akun Twitter-nya @RadityoDharmaP, Minggu (4/6/2023).

Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, dalam IISS Shangri-La Dialogue di Singapura, 2-4 Juni 2023. (Twitter @prabowosubianto)

Radityo membeberkan, ada lima usulan yang ditawarkan Prabowo, yakni gencatan senjata, penarikan mundur pasukan Rusia dan Ukraina sejauh 15 kilometer dari posisi serangan masing-masing pihak, dan pembuatan DMZ di wilayah antara pasukan Rusia dan Ukraina.

Prabowo juga mengusulkan pasukan penjaga perdamaian dan pemantau PBB. Terakhir, referendum di wilayah sengketa.

Terkait gencatan senjata, Radityo menyebut hanya usulan. Sebab, tidak ada yang menjamin bahwa Rusia tidak akan tetap menyerang.

“Sejak awal perang, sudah ada banyak upaya gencatan senjata, terutama oleh Turki. Tercatat, sejak 28 Februari 2022 sudah ada belasan kali upaya tersebut. Hasil: nihil!” ujarnya.

Kemudian, terkait penarikan mundur pasukan sejauh 15 km dan pembentukan zona demiliterisasi (DMZ), Radityo menyebut sudah terlambat.

Sebab, saat ini Ukraina berada di atas angin. Bahkan, dia mengingatkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelinsky baru saja mengatakan Ukraina siap melakukan serangan balik terhadap Rusia.

“Lantas mendadak disuruh berhenti dan mundur? Jelas tidak masuk akal bagi Ukraina.

Bagi Rusia, yang sekarang terdesak juga dengan krisis di wilayahnya sendiri, usulan ini masuk akal,” ujar Radityo.

Red matapost

Author: 

Related Posts

Tinggalkan Balasan