Pemda Kota Mulai menyegel TPA yang di bangun oleh Masyarakat, di segel. Pihak Pengelola TPA tandingan

 Daerah, Kriminal, News

Tangerang kota, matapost

Pemda Kota Mulai menyegel TPA yang di bangun oleh Masyarakat, di segel. Pihak Pengelola TPA tandingan, tidak di terima di segel. Akan melakukan upaya hukum.

“Saya berharap pada pihak yang menyegel TPA ini, kami juga mengais rezeki, bahkan kami sudah hampir 5 tahun ini berjalan, kok ada penyegelan, ada apa ya”, Kata Nursiah pencari limbah plastik, jumat (24/09)

Kata, Pengelola tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di bantaran Sungai Cisadane, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang, tak terima lahan mereka mengais rezeki disegel Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Mereka meminta pertanggungjawaban Pemerintah Kota Tangerang atas nasib mereka.

Penyegelan TPA tepi Sungai Cisadane itu dilakukan petugas KLHK bersama Satpol PP, dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangerang, Kamis (23/09/2021).

“Harapan saya pada Pemkot Tangerang ini supaya pekerja pada bisa bekerja lagi, kalau memang harus memilah sampah lagi ya memilah sampah lagi, ditempatin di mana kek, yang terbaik lah,” kata Subur, pengelola salah satu lahan pembuangan sampah.

Subur meminta, agar 40 pemulung yang biasa mencari nafkah di pembuangan akhir sampah dapat dipekerjakan oleh DLH Kota Tangerang.

“Ya dibina supaya orang-orang di sini bisa pada kerja di sana. Bisa disiapin tempat pemulungan atau pemilahan,” ujarnya.

Subur mengaku, dia telah mengelola TPA liar itu dua tahun belakangan ini. Menurutnya, sampah yang dipilahnya berasal dari Kota Tangerang dan luar Kota Tangerang.

Tiap harinya, kata Subur, ada sekitar lima truk sampah yang bermuara di tempatnya. Sampah-sampah yang memiliki nilai ekonomis, dia jual ke pengepul besar dengan jumlah 5 ton per bulannya.

“Per kilonya ada yang dua ribu rupiah lebih, ada yang seribu lebih, ada yang tiga ribu rupiah, tergantung jenis sampahnya,” kata dia.

Dari pekerjaannya memiliah sampah, Subur mengaku mendapat keuntungan per bulannnya paling sedikit Rp2 juta. “Buat makan keluarga mah cukup,” kata Subur.

Hal senada juga di utarakan Agus dari TPA Kebun Jeruk berharap pemkot dan DLH beri kebijakan agar kegiatan usaha mereka bisa berjalan, pekerja dan pemulung sistemnya bagaimana apa perlu kami benahi. Kami hanya cari makan dan dan ingin biaya keluarga dan anak sekolah, ujaranya pada jakartamedia.co.id

Kini, dengan ditutupnya TPA di bantaran Sungai Cisadane tersebut, Subur dan puluhan pekerja di lahan itu bakal kehilangan mata pencaharian. (jandri/deny/mp)

Author: 

Related Posts

Tinggalkan Balasan